MAKALAH PERLINDUNGAN KONSUMEN

  BAB I PENDAHULUAN   A.     Latar Belakang Di dalam perpustakaan ekonomi dikenal istilah konsumen akhir dan konsumen antara. Konsumen akhir adalah penggunaan atau pemanfaatan akhir dari suatu produk, sedangkan konsumen antara adalah konsumen yang menggunakan suatu produk  sebagai bagian dari proses produksi suatu produk lainnya. Oleh karena itu, pengertian yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 adalah konsumen akhir. Pelaku usaha merupakan orang atau lembaga yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara  Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Dengan demikian, pelaku usaha yang termasuk dalam pengertian ini ialah perusahaan koperasi, BUMN, koperasi, importir, pedagang, distributor, dan lain-lain. [1]   B.      Rumusan Masalah 1.       Apa Pengertian dari Pelindungan Konsumen

PENERAPAN MUDHARABAH DALAM PERBANKAN SYARIAH

 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Penerapan Mudharabah dalam Perbankan Syariah” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Ekonomi Syariah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Mudharabah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ………………. selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

 

 

Semarang, 23 Desember 2020

Penulis

DAFTAR ISI

 

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i

KATA PENGANTAR..... ii

DAFTAR ISI.. iii

BAB I   PENDAHULUAN..... 1

A... Latar Belakang Masalah... 1

B... Rumusan Masalah... 1

BAB II PEMBAHASAN..... 2

A... Pengertian Al-Mudharabah... 2

B... Landasan Syari’ah Al-Mudharabah... 3

C... Aplikasi Mudharabah Dalam Perbankan... 4

D... Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mudharabah... 7

BAB III KESIMPULAN..... 10

DAFTAR PUSTAKA..... 11

 

 


BAB I
PENDAHULUAN

 

A.           Latar Belakang Masalah

Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk berusaha, termasuk melakukan kegiatan-kegiatan bisnis. Dalam kegiatan bisnis, seseorang dapat merencanakan suatu dengan sebaik-baiknya agar dapat menghasilkan sesuatu yang diharapkan, namun tidak ada seorangpun yang dapat memastikan hasilnya seratus persen. Suatu usaha, walaupun direncanakan dengan sebaik-baiknya, namun tetap mempunyai resiko untuk gagal.

Dalam operasional bank Syariah, mudharabah merupakan salah satu bentuk akad pembiayaan yang akan diberikan kepada nasabahnya. Sistem dari mudharabah ini merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.

Dalam kontrak mudharabah ini, mudharib (si pengelola) harus menjalankan kewajibannya menjalankan usaha dengan cara sebaik-baiknya. Dalam menjalankan usaha, harus jelas dan sesuai dengan prisip syariah. Maka dari itu penulis ingin lebih jauh mengetahui bagaimana jalannya system pembiayan ini (mudharabah) dalam suatu operasional bank syariah secara jelas.

 

B.            Rumusan Masalah

Adapun masalah-masalah yang dikembangkan penulis dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1.        Apa yang dimaksud dengan Mudharabah ?

2.        Bagaimana landasan syariah mudharabah ?

3.        Bagaimana penerapan aplikasi mudharabah dalam perbankan ?

4.        apa faktor-faktor yang mempengaruhi mudharabah ?


 

BAB II
PEMBAHASAN

 

A.           Pengertian Al-Mudharabah

Pada umumnya kata mudharabah berasal dari kata dharb, yang berarti memukul atau berjalan. Pengertian dari memukul atau berjalan diatas yang maksudnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya.[1]

Sedangkan pengertian mudharabah yang secara teknis adalah suatu akad kerja sama untuk suatu usaha antara dua belah pihak dimana pihak yang pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modalnya dan sedangkan pihal yang lain menjadi pengelolanya.[2] Keuntungan dari usahanya tersebut secara Mudharabah akan dibagi hasilnya menurut kesepakatan yang telah disepakati pada perjanjian awal, dan apabila usaha tersebut mengalami kerugian maka kerugian tersebut akan ditanggung oleh pihak pemodal selama kerugian tersebut bukan disebabkan kelalaian pengelola modal.

Pengertian mudharabah secara definisi adalah suatu bentuk perniagaan di mana pemilik modal ( shahibul maal ) menyetorkan modalnya kepada seorang pengusaha yang sering disebut dengan ( mudharib ), untuk diniagakan dengan keuntungan yang akan dibagi bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak sedangkan terdapat kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal jika disebabkan olehnya, dan jika disebabkan oleh pengelola modal maka pengelola modal yang harus menanggung kerugian tersebut.

Mudharabah adalah salah satu akad kerja sama kemitraan berdasarkan prinsip berbagi untung dan rugi (profit and loss sharing principle), dilakukan sekurang-kurangnyaoleh dua pihak, dimana yang pertama memiliki dan menyediakan modal, disebut shohibul maal, sedang ke dua memiliki keahlian dan bertanggung jawab atas pengelolaan dana / menejemen usaha halal tertentu, disebut mudhorib.[3]

Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu:[4]

1.        Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara penyedia modal (shahibul maal) dan pengelola modal (mudharib) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah yang akan digunakan untuk usahanya.

2.        Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah atau specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah, yaitu mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, dan tempat usahanya.

 

B.            Landasan Syari’ah Al-Mudharabah

Pada dasarnya landasan dasar syari’ah mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Landasannya tersebut terbagi menjadi tiga macam, yaitu:[5]

1.        Al-Qur’an

tbrãyz#uäur……. tbqç/ÎŽôØtƒ Îû ÇÚöF{$# tbqäótGö6tƒ `ÏB È@ôÒsù «!$#   …………

Artinya : “… dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT …” (QS. Al-Muzzammil: 20)

 

#sŒÎ*sù ÏMuŠÅÒè% äo4qn=¢Á9$# (#rãÏ±tFR$$sù Îû ÇÚöF{$# (#qäótGö/$#ur `ÏB È@ôÒsù «!$# ……..

Artinya :  “Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT …” (QS. Al-Jumu’ah: 10)

 

}§øŠs9 öNà6øn=tã îy$oYã_ br& (#qäótGö;s? WxôÒsù `ÏiB öNà6În/§ 4 ……….

Artinya : “Tidak ada dosa ( halangan ) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu ….” (QS. Al-Baqarah: 198)

 

2.        Al-Hadits

{ روى ابن عباس رضي الله عنهما انه قال : كان سيدنا العباس بن عبد المطلب إذا دفع المال مضاربة اشترط على صاحبه أن لايسلك به بحرا ولاينزل به واديا ولا يشترى به دابة ذات كبد رطبة فإن فعل ذلك ضمن فبلغ شرطه رسول الله صلى الله عليه و سلم فأجازه ن}

Artinya :  ”Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Mutholib “jika memberikam dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berdahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah saw. Dan Rasulullah pun membolehkannya.” (HR Thabrani)

 

{ عن صالح بن صهيب عن أبيه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ثلاث فيهن البركة البيع إلى أجل والمقارضة وأخلاط البر بالشعير للبيت لا للبيع }

Artinya :  Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah saw. Bersabda, “Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkatan : jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah no. 2280, kitab at-Tijarah)

3.        Ijma

Imam Zailai telah memyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi pengolahan harta yatin secara mudharabah.

C.           Aplikasi Mudharabah Dalam Perbankan

Mudharabah dalam perbankan syari’ah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Sedangkan pada sisi penghimpunan dana mudharabah diterapkan pada :[6]

a.         Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, yaitu seperti tabungan haji, dan tabungan kurban, dan sebagainya;

b.        Diposito biasa dan special, diposito special (special investment), dimana dana yang dititipkan nasabah, khusus untuk bisnis tertentu, misalnya saja dalam murabahah ataupun ijarah saja.

Sedangkan pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk :[7]

a.         Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa;

b.        Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.

Mudharabah juga dapat dilakukan dengan memisahkan atau mencampurkan dana mudharabah. Seperti dalam penjelasan dibawah ini, yaitu :[8]

a.                  Dana harta-harta lainnya, Pemisahan total antara dana mudharabah termasuk harta mudharib.

b.                  Dana mudharabah dicampur dan disatukan dengan sumber-sumber dana lainnya.

Mudharabah dalam bank syari’ah terdapat manfaat dan risikonya, manfaat mudharabah tersebut terbagi menjadi lima, yaitu :[9]

1.                  Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah semakin meningkat.

2.                  Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank sehingga bank tidak pernah mengalami negative spread.

3.                  Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.

4.                  Bank akan lebih selktif dan hati-hati dalam mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

5.                  Prinsip bagi hasil dalam mudharabah atau musyarakah ini berbeda dengan prinsip bungan tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan dari nasabah satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

Sedangkan resiko dari mudharabah, yaitu:[10]

1.                  streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak;

2.                  Lalai dan kesalahan yang disengaja;

3.                  Penyembunyian keuntungan oleh nasabah jika nasabah tidak jujur.

Selain manfaat dan resiko yang ada pada bank syari’ah, terdapat pula permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pembiayaan mudharabah. Berdasarkan teori perbankan kontemporer, prinsip mudharabah dijadikan sebagai alternatif penerapan sistem bagi hasil. Meskipun demikian, dalam praktiknya ternyata signifikansi bagi hasil dalam memainkan operasional investasi dana bank peranannya sangat lemah. Menurut beberapa pengamatan perbankan syari’ah, hal ini terjadi karena beberapa alasan, diantaranya :[11]

a.         Standar moral

b.        Ketidakefektifan modal pembiayaan bagi hasil

c.         Berkaitan dengan para pengusaha

d.        Dari segi biaya

e.         Segi teknis

f.         Kurang menariknya sistem bagi hasil dalm aktivitas bisnis

 


 

D.           Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mudharabah

Faktor yang mempengaruhi mudharabah terbagi menjadi dua, yaitu :[12]

1.        Faktor Langsung

Diantara faktor-faktor langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio).

a.         Investment rate merupakan presentase actual dana yang diinvestasikan dari total dana, jika bank menentukan investment rate sebesar 80 %, hal ini berarti 20% dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.

b.         Jumlah dana yang trsedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode dibawah ini:

1)        Rata-rata saldo minimum bulanan

2)        Rata-rata total saldo harian.

Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan akan menghasilkan jumlah dana actual yang digunakan.

c.         Nisbah (profit sharing ratio)

1)        Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang hasur ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian;

2)        Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat berdeda;

3)        Nisbah juga dapat berdeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalkan saja deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan;

4)        Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dengan account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya.

2.        Faktor Tidak Langsung

Faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi bagi hasil, yaitu:

a.         Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah

1)        bank dan nasabah melakukan share dalam dalam pendapatan dan biaya, pendapatan yang akan dibagi hasilkan merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya;

2)        jika semua biaya ditanggung bank, maka hal ini disebut revenue sharing.

b.         Kebijakan akunting (prinsip dan metode akuntansi)

bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.

Bank syari’ah pada dasarnya member keuntungan kepada deposan dengan pendekatan Financing to Deposit Ratio (FDR), sedangkan pada bank konvensional yaitu dengan pendekatan biaya, yang artinya dalam mengakui pendapatan bank syari’ah masih menimbang rasio antara dana pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan, serta pendapatan yang dihasilkan dari perpaduan antara dua faktor tersebut. Sedangkan dalam bank konvensional langsung menganggap semua bunga yang diberikan adalah biaya, tanpa harus membertimbangkan berapakah pendapatan yang dapat dihasilkan dari dana yang dihimpun tersebut.[13]

Dalam pembiayaan mudharabah tujuan yang utama adalah memperoleh keuntungan yang nantinya akan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang biasa disebut dengan bagi hasil. Dimana, keuntungan adalah jumlah yang didapat sebagai dari kelebihan modal. Keuntungan adalah tujuan akhir dari mudharabah. Syarat keuntungan berikut harus dipenuhi :[14]

a.         Harus untuk kedua pihak dan tidak ada satu pihak pun yang mengambil seluruhnya tanpa yang lainnya.

b.        Bagian keuntungan proporsional dari tiap pihak harus diketahui pada waktu berkontrak dan harus sebagai presentasi dari keuntungan. Bagian pengelola harus sacara eksplisit ditanyakan pada watu berkontrak. Tetapi harus diketahui bahwa dibolehkan untuk menyesuaikan presentasi alokasi keuntungan diantara kedua pihak pada waktu berikutnya.

c.         Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung bagian apapun darinya kecuali diakibatkan dari kesalahan yang disengaja atau lalai.

 

 

 

 

 

 


 

BAB III
KESIMPULAN

 

Mudharabah adalah salah satu bentuk akad pembiayaan yang akan di berikan kepada nasabah dalam suatu Bank. secara umum Mudharabah terbagi kepada dua jenis, yaitu: Mudharabah Muthlaqah dan Mudharabah Muqayyadah.

Dalam sistem Mudharabah ini akadnya adalah kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola, keuntungan usaha dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak. Manfaat dari Mudharabah ini adalah Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat

Akad Mudharabah harus bejalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan syari’ah dimana si pengelola harus menjalankan usahanya dengan rasa tanggung jawab yang tinggi, sesuai dengan prisip Syari’ah dan berupaya agar usahanya tidak terjadi kerugian. Kerugian bisa di akibatkan oleh beberapa hal, yaitu: Disebabkan oleh resiko bisnis; Disebabkan oleh musibah atau bencana alam dan Disebabkan oleh kelalaian atau penyimpangan yang dilakukan oleh sipengelola.

Apabila kerugian terjadi disebabkan oleh resiko bisnis dan bencana alam maka atas kerugian tersebut ditanggung sepenuhnya oleh si pemilik modal tetapi kalau kerugian itu terjadi disebabkan oleh kelalaian atau penyimpangan yang sengaja dilakukan oleh sipengelola maka, atas segala kerugian itu harus ditanggung oleh si mudharib sepenuhnya dan modal yang diberikan harus dikembalikan oleh mudharib sepenuhnya. Oleh karena itu untuk memperkecil kesempatan terjadinya kerugian yang disebabkan oleh kelalaian atau penyimpangan yang dilakukan oleh mudharib atau sipengelola maka, shahibul mal harus dapat membuat aturan atau peringatan yang dapat mengurangi kesempatan mudharib untuk melakukan tindakan yang merugikan.

Pembiayaan mudharabah dipengaruhi oleh faktor langsung dan faktor tidak langsung. Adapun tujuan akhir dari pembiayaan mudharabah adalah memperoleh keuntungan.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ilmi, makhalul SM. 2002. Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syari’ah. Yogyakarta: UII press.

Muhammad. 2005. Manajemen Bank Syari’ah. Yogyakarta, (UPP) AMPYKPN

Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah. Yogyakarta: akademi manajemen perusahaan YKPN

Syafi’I Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syari’ah: Dari Teori Ke Praktik. Jakarta : gema insani press

Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia. 2002.  “Bank Syari’ah: Konsep, Produk dan Implementasi Operasional bank syari’ah”. Jakarta: Djambatan

 



[1] Muhammad. Manajemen pembiayaan bank syari’ah. Yogyakarta: akademi manajemen perusahaan YKPN. 2005. hlm. 102

[2] Muhammad syfi’i antonio. Bank syari’ah: dari teori ke praktik. Jakarta: gema insani press. 2001. hlm. 95

[3] Makhalul ilmi SM. Teori dan praktik lembaga mikro keuangan syari’ah. Yogyakarta: UII press yogyakarta. 2002. hlm. 32

[4] Muhammad syafi’i antonio. Op. cit

[5] Muhammad syafi’i antonio. Ibid, hlm. 95

[6] Ibid, hlm. 97

[7] Ibid, hlm. 97

[8] Drs. Muhammad, M.Ag. Manajemen Bank Syari’ah. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. 2002, hlm. 109

[9] Muhammad syafi’i antonio. Op. Cit.

[10] Muhammad syafi’i antonio, ibid

[11] Muhammad, Op.Cit, hlm. 114

[12] Drs, muhammad.M.Ag. Op.cit, hlm. 110

[13] Ibid, hlm. 114

[14] Tim pengembangan perbankan syari’ah institut bankir indonesia. Konsep produk dan implementasi operasional bank syari’ah. Jakarta: djambatan. 2002, hlm. 167

Komentar

MAKALAH KUTIPAN, CATATAN KAKI DAN DAFTAR PUSTAKA

MAKALAH KUTIPAN, CATATAN KAKI DAN DAFTAR PUSTAKA

RESUME BUKU ETOS DAGANG ORANG JAWA PENGALAMAN RAJA MANGKUNEGARA IV KARYA : DRS. DARYONO, MSI.