MAKALAH
PENDAPATAN / KONSEP PENDAPATAN
disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi
Dosen Pengampu : Rr. Dian Indriana TL, SE, MSi, Akt, CA
Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
1.
Febrian Angga (B.231.14.0366)
2.
Nugroho Satriyo Wibowo (B.231.14.0432)
3.
Christine Permatasari (B.231.16.0388)
4.
Celvin Pratama S. (B.231.16.0398)
5.
Hernita Dwi N (B.231.16.0437)
6.
Sandra Ghenia (B.231.16.0439)
7.
Anisatul Muawanah (B.231.16.0486)
8.
M.Riza. Fahlefi (B.231.16.0487)
9.
Damma Restu.W (B.231.16.0532)
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN S1 AKUNTANSI
UNIVERSITAS SEMARANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Akuntasi memang sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan karena dengan
Akuntansi kita bisa memantau kinerja perusahaan dan kondisi perusahaan yang
kita jalani, apakah memperoleh laba atau menderita kerugian.dengan akuntansi
kitapun dapat memperoleh informasi yang nantinya berguna untuk pemakainya,baik
itu pihak ekstern maupun intern. Dengan adanya informasi ini kita juga bisa
membayar pajak kepada pemerintah demi kesejahteraan sosial.Semua informasi dia
tas terkait halnya dengan sebareba banyak pendapatan yang kita peroleh dari
kegiatan perusahaan kita, kerana pendapatan adalah sesuatu yang sangat penting
dalam setiap perusahaan.Tanpa ada pendapatan mustahil akan didapat penghasilan
atauearnings .Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas
perusahaan yang biasa dikenal atau disebut penjualan, penghasilan jasa (fees),
bunga, dividen, royalti dan sewa. Menurut PSAK nomor 23 paragraf 6 adalah
sebagai berikut: Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk
itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman
modal.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan
pendapatan?
2.
Bagaimana pengukuran dan
pengakuan pendapatan ?
3.
Bagaimana pembentukan dan
realisasi pendapatan ?
1.3
Tujuan
1.
Mengetahui pengertian pendapatan
2.
Mengetahui pengukuran dan
pengakuan pendapatan
3.
Mengetahui pembentukan dan
realisasi pendapatan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pendapatan
2.1.1
Pengertian
Pendapatan
Pendapatan sangat
berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan, semakin besar pendapatan yang
diperoleh maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membiayai segala
pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan. Selain
itu pula pendapatan juga
berpengaruh terhadap laba rugi perusahaan yang tersaji dalam laporan laba rugi.
Dan yang perlu diingat lagi, pendapatan adalah darah kehidupan dari suatu
perusahaan. Tanpa pendapatan tidak ada laba, tanpa laba, maka tidak ada
perusahaan. Hal ini tentu saja tidak mungkin terlepas dari pengaruh pendapatan
dari hasil operasi perusahaan.
Pengertian tentang pendapatan itu sendiri ada beberapa macam, berikut ini
ada beberapa pandangan yang menegaskan arrti konseptual dari pendapatan.
Sebelum penulis lebih lanjut menelaah mengenai pengertian pendapatan, maka
terlebih dahulu perlu diketahui mengenai konsep kesatuan usaha.
Konsep kesatuan usaha menurut Zaki Baridwan (1992 : 8 ) adalah “Konsep ini
menyatakan bahwa dalam akuntansi perusahaan dipandang sebagai suatu kesatuan
usaha atau badan usaha yangberdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri da
terpisah dari pemilik dan pihak lain yang menanamkan dana dalam perusahaan”.
Berdasarkan konsep kesatuan usaha diatas, konsep tersebut mempunyai
koknsekuensi yaitu bahwa pendapatan dan laba harus dipandang sebagi kenaikan
kekayaan perusahaan, sedangkan biaya dan rugi sebagai pengurang kekayaan
perusahaan. Oleh karena itu, Standar Akuntansi harus menyelesaikan pengertian
pendapatan dan biaya dengan memendangnya sebagai perubahan kekayaan, buka
sebagai kenaikan atau penurunan kekayaan pemilik atau pemegang saham.
Ikatan akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK)
No. 23 mendefinisikan “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi
yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus
masuk iti mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal.”
Disamping definisi yang dinyatakan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia. Untuk
menyatakan gambran yang lebih lengkap mengenai pengertian pendapatan, penulis
akan mengutip pendapat-pendapat yang diambil dari berbagai macam bacaan.
Menurut Zaki Baridwan dalam Buku Intermediate Accounting merumuskan pengertian
pendapatan adalah:
“Pendapatan adalah aliran masuk atau
kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utang (atau kombinasi
dari keduanya) selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan
barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan lain
yang merupakan kegiatan utama adan usaha”
Menurut M. Munandar ( 1981 : 16 ) yang mengemukakan bahwa pendapatan adalah
“Sutau pertambahan assets yang mengakibatkan bertambahnya Owner’s Equity,
tetapi bukan karena panambahan modal dari pemiliknya, dan bukan pula merupakan
pertambahan assets yang disebabkan karena betambahnya liabilities”
Menurut Eldon S. Hendriksen ( 2000 : 374 ) dalam Teori Akuntansi menjelaskan
bahwa pendapatan adalah “Pendapatan (revenue” dapat mendefinisikan secara umum
sebagai hasil dari suatu perusahaan. Hal itu biasanya diukur dalam satuan harga
pertukaran yang berlaku. Pendapatan diakui setelah kejadian penting atau
setelah proses penjualan pada dasarnya telah diselesaikan. Dalam praktek ini
biasanya pendapatan diakui pada saat penjualan”
Disamping definisi yang dinyatakan diatas terdapat definisi pendapatan dari
C. Rollin Niswonger, Carl S. Warren dan Philip E. Fess ( 1992:56-57) “Pendapatan
merupakan kenaikan kotor atau garis dalam modal pemilik yang dihasilkan dari penjualan
barang dagangan, pelayanan jasa kepada klien, penyewaan harta, peminjaman uang
dan semua kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan”.
Sofyan Syafri Harahap (2001:236) mengemukakan bahwa pendapatan adalah :
“Pendapatan adalah hasil penjualan barang dan jasa yang dibebankan kepada
langganan/mereka yang menerima”.
Eldon Hendriksen mengemukakan definisi mengenai pendapatan sebagai berikut:
:Konsep dasar pendapatan adalah pendapatan merupakan proses arus, yaitu
penciptaan barang dan jasa selama jarak waktu tertentu”.
Definisi-definisi diatas memperlihatkan bahwa ada 2 konsep tentang
pendapatan yaitu sebagai berikut:
1.
Konsep Pendapatan yang memusatkan
pada arus masuk (inflow) aktiva sebagai hasil dari kegiatan operasi perusahaan.
Pendekatan ini menganggap pendapatan sebagai inflow of net asset.
2.
Konsep Pendapatan yang memusatkan
perhatian kepada penciptaan barang dan jasa serta penyaluran konsumen atau
produsen lainnya, jadi pendekatan ini menganggap pendapatan sebagai outflow of
good and services.
Jika pendapatan dirumuskan dengan cara lain maka pengecualian harus
dinyatakan dengan jelas, misalnya pendapatan diakui sebelum arus masuk aktiva
benar-benar terjadi. Konsep dasar pendapatan yang diungkapkan oleh Patton dan
Littleton dinamakan sebagai produk perusahaan yang menekankan bahwa pendapatan
merupakan arus yaitu penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan.
2.1.2
Sumber-Sumber
Pendapatan
Soemarso SR mengatakan pendapatan dalam perusahaan dapat diklasifikasikan
sebagai pendapatan opeerasi dan non operasi. Pendapatan operasi adalah
pendapatan yang diperoleh dari aktivitas uama perusahaan. Sedangkan, pendapatan
non opearsi adalah pendapatan yang diperoleh bukan dari kegiatan utama
perusahaan.
Jumlah nilai nominal aktiva dapat bertambah melalui berbagai transaksi
tetapi tidak semua transaksi mencerminkan timbulnya pendapatan. Dalam penentuan
laba adalah membedakan kenaikan aktiva yang menunjukkan dan mengukur pendapatan
kenaikan jumlah nilai nominal aktiva dapat terjadi dari:
1.
Transaksi modal atau endapatan
yang mengakibatkan adanya tambahan dana yang ditanamkan oleh pemegang saham.
2.
Laba dari penjualan aktiva yang
bukan berupa “barang dagangan” seperti aktiva tetap, surat-surat berharga, atau
penjualan anak atau cabang perusahaan.
3.
Hadiah, sumbangan, atau penemuan.
4.
Revaluasi aktiva.
5.
Penyerahan produk perusahaan,
yaitu aliran penjualan produk.
Dari kelima sumber tambahan aktiva diatas hanya butir kelima yang harus
diakui sebagai sumber pendapatan walaupun laba atau rugi mungkin timbul dalam
hubungannya dengan penjualan aktiva selain produk sebagaimana yang disebutkan
dalam butir ke-dua.
2.1.3
Proses
Pendapatan
Ada dua konsep yang sangat erat hubungannya dengan masalah proses
pendapatan yaitu konsep proses pembentukan pendapatan (Earning Process)
dan proses realisasi pendapatan (Realization Process).
1.
Proses pembentukan pendapatan (Earnings
Process)
Proses pembentukkan pendapatan adalah suatu konsep tentang terjadinya
pendapatan. Konsep ini berdasrkan pada asumsi bahwa semua kegiatan opoerasi
yang diperlukan dalam rangka mencapai hasil, yang meliputi semua tahap kegiatan
produksi, pemasaran, maupun pengumpulan piutang, memberikan kontribusi terhadap
hasil akhir pendapatan berdasarkan perbandingan biaya yang terjadi sebelum
perusahaan tersebut melakukan kegiatan produksi.
2.
Proses realisasi pendapatan (Realization
Process)
Proses realisasi pendapatan adalah proses pendapatan yang terhimpun atau
terbentuk sesudah produk selesai dikerjakan dan terjual atas dkontrak
penjualan. Jadi, pendapatan dimulai dengan tahap terakhir kegiatan produksi,
yaitu pada saat barang atau jasa dikirimkan atau diserahkan kepada pelanggan.
Jika, kontrak penjualan mendahului produksi barang atau jasa maka pendapatan
belum dapat dikatakan terjadi, karena belum terjadi proses penghimpunan pendapatan.
Proses realisasi pendapatan ditandai oleh dua kejadian berikut ini:
·
Kepastian perubahan produk
menjadi potensi jasa yang lain melalui proses penjualan yang sah atau
semacamnya.
·
Pengesahan atau validasi
transaksi penjualan tersebut dengan aktiva lancar.
2.2
Penilaian,
Pengukuran, Pengakuan, dan Pemgungkapan Pendapatan.
2.2.1
Penilaian
Pendapatan
Standar Akuntansi memberikan pedoman dasar penilaian yang dapat digunakan
untuk menentukan berapa rupiah yan diperhitungkan dan dicatat pertama kali
dalam suatu transaksi atau berapa jumlah rupiah yang harus diletakkan pada
suatu akun dalam laporan keuangan.
Ada empat dasar dalam penilaian pendapatan antara lain sebagai berikut:
1.
Biaya Historis (historical
cost) : Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang
dibayar ssebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh
aktiva tersebut pada saat perolehan.
2.
Biaya Kini (current cost):
aktiva dinilai dalam wujud kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila
aktiva yang sama atau setara yang diperoleh sekarang.
3.
Nilai realisasi atau penyelesaian
(realization/settlement value) : Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas
(atau setara kas) yang sama atau setara aktiva yang sekarang dengan menjual
aktiva dalam pelepasan normal (orderly disposal).
4.
Nilai sekarang (present value) : Aktiva dinyatakan
sebesar kas masuk bersih dimasa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari
pos yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal.
2.2.2
Pengukuran
Pendapatan
Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada saat suatu pendapatan diakui,
yaiti pengukuran pendapatan dengan satuan atau ukuran moneter dan penetapan
waktu bahwa pendapatan tersebut dapat dilaporkan sebagai pendapatan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2002:23) memberikan ketentuan mengenai pengukuran
pendapatan yang dinyatakan dalam Standar Akuntansi Keuangan yang isinya adalah “Pendapatan
harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang dapat diterima, jumlah pendapatan
yang imbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antra
perusahaan pembeli atau pemakai perusahaan tersebut. Jumlah tersebut, dapat
diukur denga nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima
perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan
perusahaan”.
Pendapatan dapat diukur dengan nilai tukar, ada dua hal yang perlu
diperhatikan dalam nilai tukar ini yaitu sebagai berikut:
1.
Potongan pembayaran dan
pengurangan lain dari harga seperti rugi [iutang ragu-ragu perlu disesuaikan
untuk menghitung net cash yang sebenarnya.
2.
Untuk transaksi bukan dengan
kas., apabila nilai dari barang yang diserahkan dianggap sama dengan nilai
pasar wajar dari barang yang akan diterima maka nilai tukarnya adalah nilai
buku barang yang akan diterima lebih atau kurang dari nilai buku barang yang akan
diserahkan maka selisihnya nilai pasar barang yang diterima dengan nilai buku
barang yang diserahkan merupakan keuntungan.
Berikut ini ada berbagai macam dasar pengukuran pendapatan antara lain:
1.
Cash Equivalent
Jumlah rupiah kas penghargaan
produk yang terjual baru akan menjadi pendapatan yang sepenuhnya setelah produk
yang tejual baru akan diproduksi dan penjualan benar-benar terjadi.
2.
Nilai setara kas
Jumlah rupiah kas yang
diperkirakan atau diterima atau dibayarkan pada masa mendatang dari hasil, penjualan
aktiva dalam kegiatan normal perusahaan.
3.
Harga dibawah harga pasar
Harga pasar yang berlaku sekarang
tetap, nilainya dibawah harga semula.
4.
Harga pasar
Harga jual bersih yang
diperkirakan dikurangi biaya simpanan, biaya penjualan, dan biaya penyerahan
produk.
5.
Harga kesepakatan
Harga dimana yang nerupakan
kesepakatan dengan pelanggan dari setiap jumlah rupiah penjualan yang
disepakati dengan pelanggan.
2.2.3
Pengakuan
Pendapatan
Tujuan dari semua usaha pada akhirnya dalah untuk mendapatkan pendapatan yang
bias meningkatkan nilai perusahaan. Secara umu, pendapatan diakui pada saat
realisasinya atau sepanjang tahap (siklus)operasi.
Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 23 menjelaslan kapan suatu pendapatan diakui adalah sebagai berikut:
1.
Pendapatan dari transaksi
penjualan produk diakui pasa saat tanggal
penjualan, biasanya merupakan tanggal penyerahan produk kepada pelanggan.
2.
Pendapatan atas jasa yang
diberikan oleh perusahaan jasa diakui pada saat jasa tersebut telah dilakukan
dapat dibuat fakturnya.
3.
Imbalan yang diperoleh atas
penggunaan aktiva sumber-sumber ekonomi perusahaan oleh pihak lain, seperti”
pendapata bunga, dan royalty diakui sejalan dengan berlakunya waktu atau pada
saat digunakan aktiva yan bersangkutan.
4.
Pendapatan dari penjualan aktiva
diluar barang dagangan seperti penjualan aktiva tetap atau surat berharga
diakui pada saat tangal penjualan.
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang
dapat diterima. Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas.
Bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan
tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang
dapat diterima.
Berkaitan dengan masalah pendapatan tersebut, ada beberapa hal yang perlu
diketahui tentang prinsip pengakuan pendapatan yang menyatakan bahwa pendapatan
harus diakui dalam laporan keuangan ketika:
1.
Pendapatan dihasilkan, dan
2.
Pendapatan direalisasi atau dapat
direalisasi.
Pengakuan pendapatan mendapat kendala yaitu proses penentuan kapan
pendapatan dapat diakui dan dilaporkan untuk suatu periode tertentu dan berapa
jumlahnya, proses penetuan waktu dan besarnya pendapatan yang diakui ini
berkaitan dengan konsep realisasi pendapatan (Revenue Realization) Eldon S
HEndriksen mengutp pernyataan American Accounting Association Committee on
Concept and Standard External reporting mengenai realisasi ini yaitu:
“Realisasi bukan suatu determinan dalam konsep laba, realisasi hanya berfungsi
sebagai pedoman memutuskan kapan kejadian yang jika dipecahkan sebagai termasuk
dalam laba objektif yaitu apabila ketidakpastian telah sampai tingkat yang
dapat diterima”.
Secara teoritik titik waktu dari pengakuan pendapatan dapat dilakukan pada
berbagai saat, yaitu :
1.
Pengakuan pendapatan diakui pada
saat proses produksi
Pengakuan pendapatan diakui pada saat proses produksi biasanya dilakukan
oleh perusahaan yang menjalankan produksi untuk kontrak jangka panjang. GAAP
memperbolehkan dua metode akuntansi untu pendapatan atas kontrak jangka
panjang, yaitu sebagai berikut:
a.
Metode Persentase Penyelesaian (Percentage
of Completion Method)
Metode persentase penyelesaian adalah bentu alternative atas metode kontrak
selesai. Dalam metode ini, pengakuan pendapatan dicatat berdasarkan tingkat
kemajuan pekerjaan atau dengan kata lain jumlah pendapatan yang diakui untuk
tiap periode ditentukan berdasarkan tingkat penyelesaian, bagian pendapatan dan
beban (dan juga laba) diakui ketika dihasilkan pada setiap periode akuntansi.
Besarnya tingkat penyelesaian dari suatu kontrak harus diukur dimana
pengukuran yang biasa digunakan adalah pengukuran masukan dan pengukuran
keluaran.
·
Pegukuran masukan (input
measure)
Pengukuran masukan adalah upaya
yang dikorbankan pada suatu proyek pada tanggal tertentu dibandingkan dengan
total upaya yang diperkirakan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.
Pengukuran ini meliputi:
·
Metode biaya ke biaya (cost to
cost method)
Metode ini paling sering
digunakan, dimana tingkat penyelesaian ditentukan dengan membandingkan biaya
yang telah dikeluarkan dengan estimasi biaya total yang diharapkan.
·
Metode usaha yang diupyakan (effort
expended method)
Metode ini didasarkan oleh ukuran
dari pelaksanaan pekerjaan yang meliputi jam kerja, upah, jam mesin, atau
kuantitas bahan. Bahan penyelesaian dengan menggunakan metode ini diperoleh
dengan cara yang sama seperti metode biaya ke biaya.
·
Pengeluaran keluaran (output
measure)
Pengukuran keluraran adalah hasil
pada tanggal tertentu dibandingkan dengan total hasil kerja proyek yang
diselesaikan. Pengukuran pendapatan dengan menggunakan ukuran keluaran
didasarkan pada hasil yang dicapai dengan nilai tambah.
b.
Metode kontrak selesai (completed
contract method)
Menurut metode ini, pendapatan diakui jika pekerjaan sudah selesai 100%.
Semua biaya selama pelaksanaan dalam pekerjaan. Tagihan atas kemajuan tidak
dicatat sebagaimana pendapatan, tetapi diakumulasikan dalam akun kontrak
persediaan. Metode kotrak selesai harus digunakan hanya:
1)
Jika suatu entitas terutama mempunyai
kontrak jangka pendek,
2)
Jika syarat-syarat untuk
menggunakan metode persentase penyelesaian tidak dapat dipenuhi, atau
3)
Jika terdapat bahaya yang melejat
dalam kontrak itu diluar resiko bisnis yang normal dan berulang.
Metode kontak selesai (completed contract method) ini hanya akan
diguakan jika metode perssentase penyelesaian (percentage of completion
method) tidak tepat.
2.
Pengakuan pendapatan pada saat
selesainya produksi
Pengakuan pendapatan atas dasar penyelesaian produksi ditujukan untuk
produk dalam criteria;
1)
Adanya harga jual yang dapat
ditentukan atau harga pasar yang stabil,
2)
Biaya pemasaran yang tidak besar,
3)
Unit-unit yang dipertukarkan
pelaoran pendapatan pada waktu penyelesaian produksi tergantung pada tingkat
kepastian diaman harga jual dan biaya tambahan dapat diestimasi.
Kriteria utama untuk menmggunakan metode ini adalah kemampuan realisasi
yang handal yaitu produk harus dapat dipasarkan segera pada harga tertentu yang
dapat dipengaruhi produsen tertentu.
3.
Pengakuan pandapatan pada saat
penjualan
Untuk tujuan pengakuan pendapatan saat terjadinya penjualan merupakan dasar
yang paling utama. Hal tersebut didukung dengan alasan antara lain:
·
Harga produk sekarang sudah lebih
pasti.
·
Produk telah berada diluar
perusahaan dan aktiva baru sudah menggantikannya, yakni pertukaran telah
terjadi.
·
Untuk sebagian perusahaan,
penjualan diasumsikan sebagai peristiwa keuangan yang paling penting dalam
kegiatan ekoknomi perusahaan.
·
Sebagian besar biaya yang
menyangkut pembuatan atau peroleha produk dan biaya pelepasan sekarang telah
terjadi atau sekarang sudah ditentukan.
Dasar pengakuan ini sangat tepat untuk diterapkan pada perusahaan yang
bergerak dlam bidang produksi atau perusahaan dagang. Kegiatan penjualan
merupakan hal yang paling menentukan dan mempunyai arti keuangan sebab
transaksi penjualan mengakibatkan masuknya aktiva bau kedalam perusahaan yang
berupa kas atau piutang.
4.
Pengakuan pendapatan pada saat
penerimaan kas
Penerimaan kas merupakan hal yang signifikan dalam pengukuran pendapatan.
Umumnya, tidak kritis dalam proses opersaional untuk meningkatkan aktiva bersih
perusahaan. Penerapan dasar penerimaan kas paling banyak dijumpai dalam
perusahaan yang melakukan penjualan yang bayarannya secara angsuran.
Dalam perusahan jasa, kalau satuan jasa dilakukan dalam waktu relative
pendek. Misalnya, perusahaan angkutan atau bioskop maka saat penerimaan uang
dari konsumen hamper bersamaan dengan penyerahan jasa sehingga keduanya dapat
dijadikan dasar dalam pengukuran dan pengakuan pendapatan. Untuk jangka panjang
didalam satuan jasa, misalnya penyewaan ruangan atau bangunan maka terdapat
perbedaan antara jumlah rupiah pendapatan yang diakui dala suatu periode atas
dasar penerimaan uang.
2.2.4
Pengungkapan
Pendapatan
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 mengenai
pengungkapan pendapatan, perusahaan harus mengungkapkan sebagai berikut:
a.
Kebijakan akuntansi yang dianut
untuk pengakuan pendapatan termasuk metode yang dianut untuk menentkan tingkat
penyelesaian transaksi penjualan jasa.
b.
Jumlah setiap kategori signifikan
dari pendapatan diakui selama periode tersebut termasuk pendapatan dari:
(1)
Penjualan barang
(2)
Penjualan Jasa
(3)
Bunga
(4)
Dividen, dan
(5)
Royalty.
2.3
Kriteria
Pengakuan Pendapatan
Pengaakuan pendapatan yang diajukan oleh Financial Accounting Standard
Board (FASB) ada dua kriteria yaitu sebagai berikut:
1.
Pendapatan baru diakui jika
jumlah pendapatan terealisasi atau cukup pasti akan segera terealisasi.
2.
Pendapatan baru adapat diakui
jika pendapatan tersebut sudah terbentuk atau terhimpun.
2.3.1
Metode
Pencatatan Pendapatan
Di dalam laporan akuntansi dasar pencatatan pendapatan harus berdasarkan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1)
Nilai ekonomis harus sudah
ditambahkan perusahaan pada produknya
2)
Jumlah pendapatan harud dapat
diukur
3)
Pengukuran yang dilakukan
haruslah bebas
4)
Biaya-biaya yang berkaitan harus
dapat diestimasi dengan tingkat kecermatan yang memuaskan.
Metode dalam pencatatan pendapatan terdiri dari dua metode, yaitu sebagai
berikut: metode berbasis kas(cash basis method) dan metode aberbasis akrual
(accrual basis method)
1.
Metode cash basis
Suatu system dimana pendapatan
belum diakui sebelum pendapatan tersebut belum diterima. Metode ini banyak
digunakan pada perusahaan kecil dan orang-orang yang menjual jasa, pada umumnya
adalah orang-orang yang memiliki keahlian tertentu.
2.
Metode accrual basis
Metode pencatatan pendapatan,
dimana pendapatan itu dicatat pada saat sudah terjadi hak tanpa memperhatikan
pendapatan tersebut diterima. Keuntungan metode ini adalah karena metode ini
sangat teliti dalam pengukuran keuntungan (dalam laporan laba rugi) dan neraca
selisih.
2.3.2
Metode
Pengakuan Pendapatan Untuk Penjualan Jasa
Ada empat metode pengakuan pendapatan untuk perusahaan yang kegiatannya
sebagian besar dalam penjualan jasa dibandingkan produksi yaitu sebagai
berikut:
1.
Metode Kinerja Khusus
Metode ini digunakan untuk penapatan jasa yang dihasilkan dengan melakukan
aksi tunggal. Sebagai contoh: seorang dokter gigi menghasilkan pendapatan atas
penyelesaian penambalan gigi.
2.
Metode Kinerja Profesional
Metode ini digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan oleh
lebih dari satu aksi tunggal dan hanya ketika jasa melebihi satu periiode
akuntansi.
3.
Metode Kinerja Selesai
Metode ini digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan dengan
melakukan serangkaian tindakan dimana yang terakhir sangat penting dalam
hubungannya dengan total transaksi jasa dimana pendapatan jasa dianggap telah
dihasilkan hanya setelah tindakan terakhir terjadi. Metode ini serupa dengan
metode kontrak selesai, yang digunakan untuk kontrak jangka panjang.
4.
Metode Penagihan
Metode ini digunakan untuk pendapatamn jasa ketika ketdakpastian penagihan
sangat tinggi atau estimasi beban yang terkait dengan pendapatan tidak dapat
dipercaya sehingga persyaratan reliabilitas tidak dipenuhi. Pendapatan diakui
hanya ketika kas diperoleh. Metode ini serupa dengan metode pemulihan biya yang
digunakan untuk penjualan produk.
2.3.3
Konsep
Dasar yang diperkirakan dalam Pengakuan Pendapatan
Ada beberapa konsep dasar yang melandasi laporan keuangan antara lain
sebagai berikut:
1.
Konsep Upaya dan HAsil (effort and accomplishment concept)
Konsep ini menyatakan bahwa kas
merupakan pengukur upaya dan pendapatan merupakan pengukur hasil.
2.
Konsep Bukti Berdaya Uji dan
Objektif
Laporan keuangan akan mempunyai
tingkat manfaat dan tingkat keandalan yang cukup tinggi apabila data keuangan
didalamnya di dukung oleh bukti-bukti yang objektif dan dapat diuju
kebenarannya,
3.
Konsep Akuntansi mengakui adanya
asumsi yang relevan (assumption consept)
Konsep akuntansi menagkui adanya
asumsi-asumsi seperti bidang pengetahuan lain, dalam banyak hal konsep dasar
akuntansi dengan sendirinya merupakan asunsi atau paling tidak didasarkan atas
asumsi yangtidak dapat diuji validitasnya dengan pembuktian yang tuntas tetapi
dianggap mempunyai relevansi dengan tujuan pelaporan keuangan.
4.
Konsep Biaya Historical
Konsep biaya histories merupakan
pengukur potensi jasa yang paling objektif untuk jasa yang baru diperoleh.
Baiaya histories ini menunjukkan harga pertukaran padasaat terjadinya salah
satu keunggulan biaya histories yang terjadi dari hasil kesepakatan dua pihak
yang independent.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang
dimilikinya kepada sektor produksi atau hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada
penggunaan faktor-faktor produksi. Prinsip pengakuan pendapatan menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat:
1.
Direalisasikan bila barang-barang
dan jasa-jasa dipertukarkan dengan kas atau klaim atas kas (piutang).
2.
Dapat direalisasikan bila aktiva
yang diterima segera dapat dikonversikan pada jumlah kas atau klaim atas kas
yang diketahui. Dihasilkan, bila kesatuan itu sebagian besar telah menyelesaikan apa yang
seharusnya telah dilakukan agar berhak atas manfaat yang diberikan pendapatan. Sebagian besar perusahaan
didirikan dengan tujuan untuk menghasilkan laba yang optimal sehingga kelangsungan hidup perusahaan dapat
tercapai. Laba diperoleh sebagai kelebihan pendapatan atas beban.
3.2
Saran
Pengakuan pendapatan harusnya bisa direalisasikan dengan baik saat adanya
bentuk-bentuk realisasi barang ataupun jasa yang diklaimkan kepada perusahaan
atas piutang. Sehingga pelaksanaannya kedepan tidak terjadi hal-hal yang bisa
merugikan sebuah perusahaan itu sendiri karena terjadi suatu kendala oleh
karyawan dalam hal pengklaiman pendapatan atas piutang. Tujuan perusahaan
adalah untuk menghasilkan laba yang optimal sehingga kelangsungan hidup
perusahaan dapat tercapai apabila tidak ada kendala-kendala yang dianggap tidak
penting namun memberikan dampak yang tidak baik untuk perusahaan.
DAFTAR
PUSTAKA
C. Rollin Niswonger, Carl S. Warren dan Philip E. Fess, (1992),
Prinsip-prinsip Akuntansi (terjemahan), Alih Bahasa : Alfonsus Sirait, Jilid I,
Edisi 16, Penerbit Erlangga, Jakarta, Hal. 56-57.
Dyckman, Dukes dan Davis (1999), Akuntansi Keuangan Menengah I
(terjemahan), Jilid I, Edisi 3, Alih Bahasa : Munir Ali, Jakarta: Erlangga.
Eldon S. Hendriksen,(1997), Teori Akuntansi, (terjemahan), Alih Bahasa : Wimliyono,
Edisi 4. Jakarta,Erlangga.
Harahap, Sofyan Syafri, (2001), Teori Akuntansi, Peneribit Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Ikatan Akuntan Indonesia, (2002), Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
M. Munandar (1981), Pokok-pokok Intermediate Accounting, Penerbit Liberty,
Yogyakarta.
Suwardjono, (1989), Teori Akuntansi, Penerbit BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.
Soemarsono. SR, (2000) Akuntansi Suatu Pengantar, Jilid 2, Edisi 4, Jakarta
PT. Rineka Cipta.
Tuanakotta, Theodorus M., (2000), Teori Akuntansi, Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Zaki Baridwan, (1997) Intermediate Accounting, BPFE. Yogyakarta,
Yogyakarta.
------------- and Michael F. Van Breda, (2000), Teori Akunting,
(terjemahan) Buku I, Edisi Kelima, Penerbit Interaksara, Jakarta, hal. 374.
Komentar
Posting Komentar