KOMUNIKASI
BERUJUNG KONFLIK
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perilaku Keorganisasian
Dosen Pengampu : Teguh Ariefiantoro, SE, MM
Disusun
Oleh :
KELOMPOK
15
Nesya Febriana Puspitarini B.231.16.0405
Hernita Dwi Nugraheni B.231.16.0437
Sandra Genia B.231.16.0439
Muhamad Ridwan B.231.16.0457
Anisatul Muawanah B.231.16.0486
FAKULTAS
EKONOMI JURUSAN S1 AKUNTANSI
UNIVERSITAS
SEMARANG
2018
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting
bagi kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak bisa terlepas dari
komunikasi. Komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua individu atau
lebih yang bertujuan untuk memberi dan menerima informasi. Komunikasi dapat
dilakukan dengan lisan maupun isyarat. Namun, seringkali komunikasi dapat
mengakibatkan konflik antara individu maupun kelompok yang bersangkutan.
Organisasi indentik dengan kesalahan penyampaian
komunikasi di suatu lingkungan rapatatau antara anggota. Sehingga cara
mengatasi masalah dalam organisasi harus benar-benar dipahami ketua dan anggota,
untuk meminimalisir dampak yang timbul. Permasalahan atau konflik yang terjadi
antara ketua atau anggota dengan ketua yang terjadi karena masalah komunikasi
harus di antisipasi dengan baik dan dengan sistem yang terstruktur.
Ada beberapa kata atau kalimat yang sering
diucapkan namun terkesan memaksa. Jadi anggota yang lainnya merasa ada sebuah
keterpaksaan yang harus dilaksanakan. Misalkan dalam bahasa jawa seseorang
sering berkata “pokok’e” atau “pokoknya”. Kata-kata itu kesannya memaksakan
kehendak, dan mengakibatkan anggota lain tidak enak mendengarkan pembicaraannya
yang lain.
Konflik komunikasi tersebut tidak hanya akan
terjadi selama rapat, namun akan berturut-turut bermasalah dengan lawan bicara
dalam rapat tersebut. Entah beberapa hari, minggu, maupun hitungan bulan.
Mereka akan saling diam, tidak melihat dan menganggap tidak ada seseorang yang
berkonflik dengan orang itu dengan memasang muka wajah yang sengit. Bila tidak
ada pihak yang mengalah, maka tidak ada perdamaian didalamnya. Itulah masalah
akibat berkomunikasi yang kurang efektif dan kesalahpahaman yang sering dialami
oleh rapat rutin karang taruna yang seharusnya bertujuan bermusyawarah untuk
mencapai mufakat.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana komunikasi yang baik dan efektif
dalam organisasi?
PEMBAHASAN
2.1
Komunikasi Efektif
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi
(pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya,
komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua
belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh
keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik
badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
2.1.1
Unsur-unsur Komunikasi
1.
Komunikator.
Pengirim (sender) yang mengirim pesan kepada komunikan dengan menggunakan media
tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh dalam komunikasi, karena merupakan awal
(sumber) terjadinya suatu komunikasi.
2.
Komunikan.
Penerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator, kemudian memahami,
menerjemahkan dan akhirnya memberi respon.
3.
Media.
Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebagai sarana
berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun non verbal, wujudnya berupa ucapan,
tulisan, gambar, bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya
4.
Pesan.
Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh Komunikator kepada
Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat
berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi
5.
Tanggapan.
Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan pesan.
Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai
dengan pesan yang diterima.
2.1.2
Tujuan Komunikasi Efektif
·
Tujuan
dari Komunikasi Efektif sebenarnya adalah memberikan kemudahan dalam memahami
pesan yang disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi sehingga
bahasa yang digunakan oleh pemberi informsi lebih jelas dan lengkap, serta
dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau
komunikan.
·
Agar
pengiriman informasi dan umpan balik atau feed
back dapat seimbang sehingga tidak terjadi monoton.
2.1.3
Fungsi Komunikasi Efektif
1.
Fungsi
informasi untuk memberitahukan sesuatu
(pesan) kepada pihak tertentu, dengan maksud agar komunikan dapat memahaminya.
2.
Fungsi
ekspresi sebagai wujud ungkapan perasaan / pikiran komunikator atas apa yang
dia pahami terhadap sesuatu hal atau permasalahan.
3.
Fungsi
kontrol menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, dengan memberi
pesan berupa perintah, peringatan, penilaian dan lain sebagainya.
4.
Fungsi
sosial untuk keperluan rekreatif dan keakraban hubungan di antara komunikator
dan komunikan.
5.
Fungsi
ekonomi untuk keperluan transaksi usaha (bisnis) yang berkaitan dengan
finansial, barang dan jasa.
2.1.4
Hambatan-hambatan Komunikasi Efektif
Menurut Ron Ludlow& Fergus Panton, ada
hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu adalah:
1.
Status effect. Adanya
perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia. Misalnya
karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah
yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut
mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.
2.
Semantic Problems. Faktor
semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk
menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi
seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab
kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah
pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada
gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya
kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan
demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.
3.
Perceptual distorsion. Perceptual distorsion dapat disebabkan karena
perbedaan cara pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara
berpikir serta cara mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam
komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu
dengan yang lainnya.
4.
Cultural Differences. Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya
perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi
terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa
kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Seperti contoh : kata
“jangan” dalam bahasa Indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa
mengartikan kata tersebut suatu jenis makanan berupa sup.
5.
Physical Distractions. Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik
terhadap proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang
atau kebisingan, suara hujan atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
6.
Poor choice of communication channels. Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang
dipergunakan dalam melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari
misalnya sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan
muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada
surat sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
7.
No Feed back. Hambatan
tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak
adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi
satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu
gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut
para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak
peduli dengan gagasan seorang manajer.
2.2
Konflik
Konflik/permusuhan adalah proses sosial
yang terjadi ketika pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Permusuhan atau konflik
diawali dengan adanya perbedaan atau persaingan yang serius sehingga
sulit didamaikan atau ditemukan kesamaannya. Sebenaranya konflik dapat sangat
wajar terjadi dalam sebuah interaksi sosial. Konflik dapat berkembang karena
berbagai sebab, hingga menyebabkan suatu konflik yakni diantaranya :
1.
Perbedaan pendirian dan perasaan antar individu
2.
Perbedaan latar belakang setiap individu
3.
Perbedaan sifat dan watak
4.
Mengemukakan pendapat yang kurang bisa dikemas dengan
komunikasi yang baik
5.
Kurangnya pengetahuan
6.
Menanggapi tanggapan yang disertai emosi atau kontrol
emosi yang kurang baik
Konflik dipandang sebagai faktor yang dapat merusak,
maka hal itu harus dicegah. Namun banyak orang mulai sadar bahwa rusaknya suatu hubungan
disebabkan oleh kegagalan memecahkan konflik. Pengelolaan konflik dapat
memberikan dampak positif serta dampak negatif bagi diri sendiri dengan orang
lain, diantarnya:
Dampak positif :
1.
Sebagai tanda peringatan dini
terhadap masalah
2.
Sebagai katub pengaman
3.
Meningkatkan interaksi dan
keterlibatan kelompok untuk berdiskusi menyelesaikan masalah yang timbul
4.
Menjadi jembatan dalam
penyelesaian masalah
5.
Mendorong penyampaian informasi
antar kelompok
6.
Menguji ide –ide yang muncul dan
solusi yang ditawarkan atas masalah yang terjadi
Dampak Negatif:
1.
Melemahnya hubungan antar pribadi
timbulnya sikap amarah, perasaam terluka, keterasingkan.
2.
Konflik ditandai dengan sikap
tidak percaya antar satu kelompok dengan kelompok yang lain. Ditunjukan dengan
raut wajah tidak menyenangkan, bersikap diam, atau mungkin menghindar.
3.
Mengakibatkan pemborosan
energi/tenaga hingga hilangnya kosentrasi dalam pekerjaan, menurunnya rasa
kepeduliannya, kurangnya kerjasama, bahkan justru terjadinya sikap saling
menyalahkan, koordinasi menjadi buruk.
2.2.1
Solusi Konflik
1.
Menciptakan suasana kondusif dan santai dalam musyawarah.
2.
Tidak memaksakan kehendak dikalangan individu.
3.
Memiliki sikap perhatian antar individu.
4.
Mengerti sifat dan watak orang lain, agar kita mampu
menyikapinya dengan baik.
5.
Mampu mengontrol emosi dengan baik.
6.
Memperjelas dan mempertegas suatu informasi yang mungkin
kurang bisa dipahami oleh anggota yang lainnya.
7.
Jika ada konflik antar individu didalamnya dapat
diselesaikan dengan pihak ketiga, atau bantuan dari teman-teman anggota.
8.
Memotivasi orang lain dengan dorongan-dorongan yang akan
menguatkan dia saat menghadapi masalah dengan lawan bicara.
DAFTAR PUSTAKA
Applbaum, Ronald L,
1974, Strategies for Persuasive
Communication, Charles E. Merril Publishing Company, Columbus, Ohio.
Cruden dan
Sherman, 1976. Dalam bukunya Personel
Management
Fiske John. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers.
R. Wayne Pace dan Don
F. Faules. 2006. Komunikasi Organisasi; strategi meningkatkan kinerja
perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Robbins. Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi Jilid 2. Jakarta: Indeks.
Stoner, James A.F.,
1996, Manajemen, Erlangga, Jakarta
Wahid, Din. “penyebab konflik”. Nina M.Armando
(et.al.). sosiologi dasar Vol. III. Jakarta: Ichtiar baru Van Hoeve,
2005.
Yusuf, Din. “ilmu
sosial”. Nina M.Armando (et.al.). 2001. Konflik Sosial, Vol. III. Semarang : Ichtiar baru Van Hoeve,
Komentar
Posting Komentar